Sunday, February 10, 2013

Pindah ke Kanada

Enam tahun yang lalu, meninggalkan Indonesia untuk menetap di negara lain apalagi yang sejauh Kanada tidak pernah sedikitpun terbersit di benak saya. Saat itu saya baru memulai karir sebagai pekerja NGO, punya segudang mimpi untuk sukses dan bisa mewujudkan cita-cita untuk jalan-jalan keliling dunia. Yah, pengen jalan-jalan aja, abis itu pulang ke negeri tercinta. Saya terlalu cinta Indonesia untuk kepikiran mau meninggalkannya dan menetap di negara asing. Saya merasa negeri kita sudah punya semuanya, yang baik-baik maupun yang tidak baik. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, jadi apapun kata orang saya tetap cinta Indonesia.

Tapi satu keputusan paling penting dalam hidup saya mengubah semuanya. Di awal tahun 2012, saya dilamar oleh seorang pria berkebangsaan Kanada yang sudah saya kenal selama hampir lima tahun. Sebelum mengambil keputusan, saya banyak berpikir, termasuk dimana kami akan menetap. Dia pegawai tetap di sebuah BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi di Kanada. Sementara saya sedang menikmati bekerja di sebuah NGO asal Belanda yang bergerak dibidang energi terbarukan. Gaji pun lebih dari lumayan untuk ukuran orang Indonesia. Jadi kami banyak berdiskusi soal rencana setelah menikah. Kami pun membatasi pilihan antara menikah dan tinggal bersama dengan konsekuensi salah satu harus berkorban melepaskan pekerjaan, atau tidak ada pernikahan sama sekali. Tentu saja kami memilih yang pertama, tapi siapa yang harus berkorban? Singkat cerita, akhirnya saya menerima lamarannya setelah sepakat bahwa saya akan keluar dari pekerjaan saya dan ikut suami ke Kanada. Pertimbangan utama kami tentu saja karena dia punya pekerjaan tetap, sementara saya seperti nomaden, pindah dari satu NGO ke NGO lain dengan ketidakpastian masa depan. Hal lainnya adalah, dia sudah pernah tinggal di Indonesia selama satu tahun, jadi sudah punya pengalaman lah soal negeri ini. Sementara saya baru sekali ke Kanada, itupun hanya jalan-jalan singkat. Jadi akan menjadi petualangan yang sangat menantang bagi saya untuk mencoba menetap di Kanada yang segalanya berbeda dengan Indonesia. Trust me when i say, pengalaman jalan-jalan sangat jauh berbeda dengan menetap, dimana kita harus hidup dan belajar mengenai budaya, menyesuaikan diri dengan cuaca, dan yang paling penting, selera makan juga harus berubah.

Akhirnya, kami menikah pada bulan Mei 2012. Tiga hari setelah menikah, suami saya, Al, kembali ke Kanada. Sementara saya masih tinggal untuk mengurus visa dan resign dari pekerjaan saya. Alhamdulillah permohonan visa saya diterima dan bulan Juli 2012, saya pun terbang Kanada. Setelah menghabiskan kurang lebih 30 jam penerbangan yang sangat melelahkan melewati separuh bumi (transit di Hong Kong dan Vancouver) tibalah saya di kota Regina, provinsi Saskatchewan, yang berada dibagian barat Kanada, dimana suami saya menetap. Dan, disinilah kisah saya di Kanada bermula.........

TO BE CONTINUED

Selamat datang !

Entah sudah berapa lama saya tidak nge-blog. Mungkin tujuh atau delapan tahun yang lalu. Ketika ingin mulai lagi, ada banyak keraguan alias pikiran negatif yang timbul di kepala saya. Siapa yang akan membaca tulisan saya; atau apakah tulisan saya cukup menarik sehingga ada yang tertarik untuk mengunjungi blog ini; saya ini bisa nggak sih nulis? Dan lain sebagainya. Tapi sesuatu yang besar selalu harus dimulai dari sesuatu yang kecil, right? Saya sudah melepaskan banyak hal yang bisa saja menjadi besar dalam kehidupan saya hanya karena keraguan yang datang dari diri sendiri. Sekarang, saya memutuskan untuk memulai lagi, dan semoga tidak akan berhenti. Kalaupun tidak ada yang membaca tulisan saya, paling tidak ini bisa menjadi dokumentasi pribadi yang bisa saya kunjungi setiap saat. Semoga seiring berjalannya waktu dan banyak membuat tulisan, saya bisa melatih diri saya sendiri untuk menulis lebih baik. Wish me luck :)